Oleh : Putri Anindya )*
Upaya pemerintah dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat, khususnya kelompok rentan dan pelajar, terus menunjukkan kemajuan nyata. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini digulirkan secara nasional telah menjadi bukti komitmen negara dalam menghadirkan keadilan sosial di bidang kesehatan dan pendidikan. Tidak hanya sekadar program bantuan pangan, MBG dirancang sebagai solusi strategis jangka panjang untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia Indonesia sejak usia dini.
Langkah pemerintah yang menempatkan MBG sebagai prioritas dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan bentuk keseriusan dalam membangun generasi masa depan yang sehat dan cerdas. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa anggaran yang dialokasikan untuk MBG mencapai Rp171 triliun, dengan target penerima manfaat sebanyak 82,9 juta jiwa hingga Maret 2025. Sampai pertengahan Maret 2025, tercatat lebih dari dua juta orang telah merasakan manfaat langsung dari program ini.
Rincian data tersebut memperlihatkan distribusi penerima manfaat yang merata, mulai dari siswa pra-SD, SD, SMP, SMA, santri pondok pesantren, hingga ibu hamil dan menyusui. Angka ini mencerminkan sistem distribusi yang terencana dengan baik, serta membuktikan bahwa negara hadir untuk seluruh lapisan masyarakat, tanpa diskriminasi. MBG juga menjadi katalisator penguatan ekonomi lokal melalui pelibatan petani, nelayan, dan pelaku UMKM sebagai bagian dari rantai pasok bahan pangan.
Dalam implementasinya, pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) telah merancang sistem penyaluran dana yang akuntabel dan transparan. Skema pembiayaan MBG menggunakan rekening virtual (virtual account) dengan mekanisme kontrol yang ketat. Dana hanya dapat dicairkan apabila telah mendapat persetujuan dari pejabat berwenang, dalam hal ini Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Sistem ini memberikan jaminan keamanan bagi penggunaan anggaran, sekaligus melindungi program dari potensi penyalahgunaan.
Menanggapi dinamika yang muncul di lapangan terkait salah satu mitra MBG di Kalibata, Kepala BGN, Dadan Hindayana memberikan penjelasan yang menenangkan. Ia menyampaikan bahwa dana dari BGN tetap berada dalam kondisi aman dan belum dicairkan sepihak oleh pihak yayasan, karena masih berada dalam rekening virtual yang dikendalikan dengan sistem berlapis. Penegasan ini menjadi bukti bahwa sistem pengamanan yang dibangun pemerintah berjalan sesuai fungsinya.
Lebih lanjut, Dadan Hindayana menyampaikan bahwa evaluasi internal akan terus dilakukan guna menyempurnakan pelaksanaan program. BGN juga akan memperketat proses seleksi terhadap mitra, terutama mitra yang bekerja secara berpartner atau berbentuk konsorsium. Langkah ini sangat tepat untuk memastikan semua pelaksana di lapangan memiliki kapasitas dan integritas dalam menjalankan amanah negara.
Pendekatan BGN yang mengedepankan solusi tenang dan tidak reaktif patut diapresiasi. Dalam setiap program nasional berskala besar, wajar jika terdapat dinamika operasional di lapangan. Namun, yang terpenting adalah hadirnya komitmen lembaga untuk melakukan perbaikan sistem secara terus-menerus tanpa menimbulkan kegaduhan publik. Cara ini justru memperkuat kredibilitas program MBG di mata masyarakat luas.
Pemerintah juga berhasil menunjukkan bahwa pembiayaan MBG bukan hanya tentang distribusi makanan, tetapi juga pembangunan ekosistem gizi nasional yang berkelanjutan. Saat ini, sebanyak 726 dapur umum lokal atau SPPG telah beroperasi aktif di berbagai daerah. Ini menunjukkan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan komunitas lokal dalam menjaga kesinambungan program. Bahkan, secara tidak langsung MBG turut menciptakan lapangan kerja baru dan menghidupkan ekonomi daerah.
Dari sisi fiskal, penggunaan dana publik untuk MBG sepenuhnya mencerminkan prinsip anggaran berbasis hasil (result-based budgeting). Pemerintah tidak hanya fokus pada penyerapan anggaran, tetapi juga pada efektivitas manfaatnya terhadap perbaikan kualitas hidup masyarakat. Transparansi dalam penyaluran dan pelaporan juga menjadi bagian dari prinsip tata kelola yang baik dan patut dijadikan contoh bagi program-program lainnya.
MBG adalah representasi dari negara yang tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga membangun fondasi kemanusiaan yang kuat. Dengan memastikan setiap anak dan ibu memiliki akses terhadap makanan bergizi, pemerintah sedang menanam investasi penting untuk masa depan bangsa. Masyarakat Indonesia yang sehat, produktif, dan tangguh lahir dari kebijakan yang tepat, terukur, dan konsisten seperti ini.
Langkah pemerintah dalam menjaga integritas program melalui mekanisme akuntabel, serta keterbukaan informasi kepada publik, menjadi refleksi tata kelola yang semakin matang. Ke depan, program ini akan terus menjadi pilar penting dalam strategi pembangunan manusia Indonesia. Oleh karena itu, dukungan dari seluruh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan agar keberhasilan MBG tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang lebih luas dan inklusif.
Dengan komitmen yang kuat dari kementerian teknis dan lembaga pelaksana, serta sistem pengawasan yang ketat, pembiayaan MBG telah dikelola dengan kehati-hatian yang tinggi. Langkah ini merupakan contoh nyata bahwa negara tidak hanya hadir, tetapi juga bekerja secara cerdas dan terukur demi kesejahteraan masyarakat. MBG bukan hanya program, melainkan simbol hadirnya keadilan dan harapan di setiap piring makan anak Indonesia.
)* Pemerhati Isu Gizi dan Inklusi Sosial